Halaman

Minggu, 02 Desember 2012

Mengapa Allah Ta'ala menggunakan kata ganti laki-laki (huwa) untuk diriNya dalam Al-Qur'an?




Sebab mengapa Allah Swt al-Qur’an menggunakan kata ganti orang ketiga laki-laki untuk diri-Nya adalah lantaran al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab dan penggunaan kata ganti laki-laki (dhamir, pronomina) bagi Allah Swt telah sesuai dengan kaidah dan sastra bahasa Arab. Karena Allah Swt bukan muannats (feminim) hakiki dan juga bukan mudzakkar (maskulin) hakiki dan juga tidak menggunakan penggunaan qiyâsi (mengikuti kaidah tertentu) dan simâi muannats majâzi (figuratif). Karena itu, berdasarkan kaidah bahasa Arab yang harus digunakan untuk Zat Allah Swt adalah kata ganti-kata ganti dalam bentuk maskulin figuratif (mudzakkar majâzi). Di samping itu, tanda-tanda literal maskulin dan feminin bukan sebagai penjelas kedudukan dan derajat yang mengandung nilai (value).

Bahasa al-Qur’an adalah bahasa Arab. Bahasa Arab berbeda dengan bahasa-bahasa lainnya menggunakan dua jenis kata ganti dan pronomina (dhamir) orang ketiga laki-laki (mudzakkar) dan kata ganti orang ketiga perempuan (muannats). Suatu hal yang natural bahwa setiap buku atau kitab yang ingin ditulis menggunakan bahasa ini, kendati ia merupakan kitab Ilahi, maka ia harus mengikuti kaidah-kaidah bahasa tersebut dan gramatikanya.

Bahasa Arab, karena tidak memiliki kata ganti orang ketiga waria (khuntsa), sebagian hal yang tidak memiliki jenis kelamin dinyatakan dengan kata ganti orang ketiga laki-laki (dhamir mudzakkar). Namun, yang semisal dengan masalah ini, juga terdapat dalam bahasa-bahasa yang lain, seperti bahasa Prancis. Dengan bersandar pada poin ini dapat diambil kesimpulan bahwa pernyataan kata ganti orang ketiga laki-laki, sama sekali tidak ada kaitannya dengan sifat kelaki-lakian.

Pada kenyataannya, dapat dikatakan bahwa al-Qur’an tidak didominasi oleh pandangan patriarkial yang berkembang pada budaya zamannya, melainkan sebuah tipologi bahasa yang mengkondisikan pembicaranya supaya memperhatikan dan mematuhi hal tersebut. Karena itu, al-Qur’an,  dengan alasan diturunkan dan diwahyukan dalam bahasa Arab, bertutur kata dengan wacana ini dan menggunakan pronomina-pronomina dan redaksi maskulin (mudzakkar) yang selaras dan sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Arab. 

Dengan kata lain, dari satu sisi, dalam bahasa Arab, nomina-nomina (asmâ) dan verba-verba (af’âl) (selain verba kata ganti orang pertama tunggal [mutakkalim wahdah] dan kata ganti orang pertama jamak [mutakallim ma’a al-ghair]) memiliki dua jenis: laki-laki atau maskulin (mudzakkar) dan perempuan atau feminin (muannats). Maskulin dan feminin ini terbagi lagi menjadi hakiki dan majâzi (figuratif). Seluruh entitas yang memiliki alat kelamin pria dan wanita adalah maskulin dan feminin hakiki (mudzakkar dan muannats hakiki). Selainnya adalah figuratif (majâzi).

Maskulin hakiki seperti “rajul” (pria) dan “jamal” (unta jantan). Feminin hakiki seperti “imraat” (wanita) dan “naqah” (unta betina). Maskulin figuratif (mudzakkar majazi) seperti “qalâm” (pena) dan “jidâr” (dinding). Feminin figuratif (muannats majazi) seperti “dâr” (rumah) dan “ghurfah” (kamar). Penggunaan muannats majazi dalam hal-hal seperti nama-nama kota, anggota badan yang berpasangan memiliki kaidah dan dalam hal-hal lainnya tidak mengikut kaidah tertentu (qiyâsi) dan bersifat simâiSimâi artinya bahwa yang menjadi kriteria adalah semata-mata mendengar orang-orang yang berbahasa Arab dan harus diperhatikan orang-orang Arab menggunakannya dalam bidang apa. Apabila hal tersebut bukan termasuk muannats hakiki dan muannats majâzidan juga bukan mudzakkar hakiki maka tentulah ia merupakan mudzakkar majâziSharf Sâdeh, hal. 28 dan 145.

Dari sisi lain, karena Allah Swt tidak melahirkan juga tidak dilahirkan. Demikian juga tiada yang menyerupainya [Lam yalid wa lam yulad (Qs. Al-Ikhlas [114]:3). Laisa kamitsli syai (Qs. Al-Syura [42]:11) ] dan juga bukan termasuk hal-hal yang terkait dengan penggunaanqiyâsi (mengikuti kaidah tertentu) dan simai muannats majâzi. Karena itu, berdasarkan kaidah bahasa Arab yang harus digunakan untuk Zat Allah Swt adalah kata ganti-kata ganti, nama-nama dan sifat-sifat dalam bentuk mudzakkar majâzi (maskulin figuratif).

Poin ini juga harus mendapat perhatian bahwa tanda-tanda literal muannats dan mudzakkar tidak mengandung nilai tertentu dan tidak menunjukkan tanda dan dalil atas kemuliaan dan kedudukan seseorang. Karena itu, apabila tanda-tanda literal mudzakkar, menunjukkan kemuliaan dan kedudukan tertentu seseorang, dan memiliki nilai  tertentu, maka untuk selain manusia dan sebagian makhluk rendah seperti setan dan iblis... tidak boleh menggunakan kata kerja-kata kerja atau nomina-nomina atau pronomina-pronomina dan seterusnya yang memuat tanda-tanda literalmudzakkar.

Demikian juga, apabila tanda-tanda literal muannats merupakan dalil dan tanda kekurangan dan minus nilai maka entitas-entitas yang sarat nilai seperti matahari (syams), bumi (ardh), kaum pria (al-Rijal), air (ma’) dan sebagainya dan sebaik-baik perbuatan dan kedudukan seperti sembahyang (shalat), zakat, surga (jannat) tidak akan dinyatakan dalam bentuk literal muannats.

{quran al-shia}

www.mutiaramataairmuslimah1.blogspot.com

Senin, 26 November 2012

Software Tashrif Bahasa Arab, Quthrub




Ini adalah sebuah aplikasi yang akan memudahkan kita dalam mempelajari tata bahasa Arab khususnya ilmu sharaf dan tashrif. Sharaf (صرْف) secara bahasa berarti penukaran, pengembalian dan pemindahan, dan makna ilmu sharaf yaitu ilmu yang mempelajari ilmu bahasa dari segi perubahan Sighat atau bentuk kata. Pada pokoknya ada tiga macam sighat dalam bahasa Arab yaitu; Fi’il (فعل) atau Kata Kerja, Isim (اسْم) atau Kata Benda, dan Harf (حرْف) atau Kata Tugas.

Dari Fi’il ada empat macam sighat yaitu:
1.            Fi’il Madhi, yaitu kata kerja lampau
2.            Fi’il Mudhari’, yaitu kata kerja sedang atau akan datang
3.            Fi’il Amr, yaitu kata kerja perintah
4.            Fi’il Nahi, yaitu kata kerja larangan

Dari Isim ada sepuluh sighat yaitu:
1.            Sighat Masdhar, yaitu bentuk kata dasar
2.            Mashdar Mim, yaitu mashdar yang mendapat tambahan mim
3.            Isim Fa’il, yaitu kata benda yang menunjukkan pengertian pelaku
4.            Shifat Mutasyabihah biismil Fa’il, yaitu kata sifat yang disamakan dengan isim fa’il
5.            Sighat Mubalaghah, yaitu bentuk penyangatan
6.            Isim Tafdhil, yaitu kata benda yang mengandung pengertian lebih
7.            Isim Maf’ul, yaitu kata benda yang menunjukkan pengertian penderita
8.            Isim Makan, yaitu kata benda yangmenunjukkan pengertian tempat
9.            Isim Zaman, yaitu kata benda yang menunjukkan pengertian waktu
10.          Isim Alat, yaitu kata benda yang menunjukkan pengertian alat

Sedangkan Huruf tidak mempunyai pembagian, huruf adalah kata yang menunjukkan pada makna yang lain seperti 
في ( di, di dalam) dan قد (sungguh).

Quthrub adalah software yang dibuat untuk memudahkan orang yang ingin belajar tata bahasa Arab terutama kaidah shorof dan tashrif atau perubahan bentuk dan lafazh suatu kata (Fi'il dan Isim).


Cara menggunakan Quthrub:
·                     Tulislah kata dalam bahasa Arab dengan harakat dan tasydid yang sempurna di kotak  kosong, contohnya tulis kata صدق.
·                     Pilihlah bentuk tashrif yang anda inginkan apakah semua bentuk waktu (kullu azminah) yang meliputi fi’il madhi, mudhari’, amr, mabni majhul atau mudhari’ yang mansubat (yaitu fi’il muhdari yang berharakat fathah karena didahului adawatun nasb seperti huruf An, Lan, Izan dan Kay) atau majzum (yaitu fi’il muhdari yang berharakat sukun karena didahului adawatul jazmi seprti lam dam laa an-nahiyah)  .
·                     Pilih bentuk fi’il yang anda inginkan apakah lazim (tidak membutuhkan maf’ulbih) atau muta’adi (membutuhkan maf’ulbih)
·                     Klik tombol Conjugate.

Kelebihan dari Quthrub ini adalah bisa di import ke bentuk html, cukup dengan mengklik icon tashdir di sebelah kanan atas, lalu save dan file akan disimpan dalam bentuk html, selain itu juga bisa dicetak, yang memudahkan bagi guru atau ustadz ketika mengajarkan ilmu shorof. Semoga aplikasi Quthrub ini berguna bagi kita semua untuk memahami bahasa Arab. Amiin ya rabbal ‘alamin.

DOWNLOAD DI SINI: http://sourceforge.net/projects/qutrub/ 



www.belajarbahasaarab.blogspot.com

Sabtu, 24 November 2012

Jadwal Kuliah KIBAR



Jadwal kuliah KIBAR adalah fleksibel, sesuai dengan pilihan peserta. Ada kelas pagi, sore dan malam. Dalam sepekan masuk 2 kali yang harinya sesuai dengan pilihan peserta. Peserta juga diperbolehkan ganti kelas jika ternyata jadwal yang sudah dipilih berbenturan dengan acara peseta tersebut. Lama pendidikan KIBAR adalah 30 kali pertemuan, kurang lebih 3 bulan.

Jumat, 23 November 2012

Arabic Meeting (Halaqah 'Arabiyyah)



Bahasa Arab sangat mementingkan penggunaan lisan dalam berbahasa. Adalah sulit dan memiliki banyak kekurangan, bila orang berusaha mempelajari suatu bahasa, apalagi bahasa Arab, tanpa menggunakan lisannya untuk berucap dan bercakap-cakap menggunakan bahasa tersebut. Untuk itulah dibutuhkan suatu suasana dan pengkondisian agar orang-orang yang belajar bahasa Arab mempunyai kesempatan untuk berlatih berbicara bahasa Arab dalam bentuk percakapan. Dari sinilah digagas pembentukan Arabic Meeting, seperti halnya English Meeting yang sudah banyak ditemukan di kota-kota seluruh Indonesia.

Yang kami maksud dengan "arabic meeting" (halaqah arabiyyah) di sini ialah pertemuan sekelompok orang pada waktu dan tempat yang telah disepakati bersama, untuk saling bercakap-cakap menggunakan bahasa Arab dengan tujuan melatih kecakapan berbahasa Arab secara lisan.

PERSIAPAN

A. MENCARI CALON PESERTA ARABIC MEETING

Mulailah dengan mencari satu atau beberapa orang teman yang punya minat dan keinginan yang serupa yakni melatih kecakapan berbahasa Arab secara lisan. Setelah komitmen menjadi kuat untuk mengadakan Arabic Meeting, lakukanlah langkah-langkah berikut.
Mencari teman-teman yang sama-sama sedang belajar berbahasa Arab atau punya kemampuan bahasa Arab untuk membentuk kelompok Arabic Meeting. Untuk menemukan peserta tersebut bisa dengan jalan menghubungi madrasah-madrasah (sekolah-sekolah yang mengajarkan bahasa Arab), kelompok-kelompok pengajian, remaja-remaja masjid, dan sebagainya. Cari informasi sebanyak-banyaknya. Karena kita belajar bahasa Arab dalam rangka syiar Islam, maka kelompok Arabic Meeting harus memisahkan waktu dan tempat kegiatan laki-laki dan perempuan. Kecuali untuk anak-anak kecil semisal TK/TP Al-Quran yang ada di masjid-masjid.
Membuat semacam daftar sementara calon peserta Arabic Meeting dengan mendata nama, alamat lengkap dan nomor teleponnya.
Menghubungi satu-persatu calon peserta untuk mengadakan pertemuan persiapan pembentukan kelompok Arabic Meeting.

B. PERTEMUAN PERSIAPAN PEMBENTUKAN KELOMPOK ARABIC MEETING

Menyiapkan Daftar Hadir
Menyiapkan makanan ringan dan air minum alakadarnya.
Menyiapkan draft agenda pertemuan.
Pemilihan Ketua dan Sekretaris Arabic Meeting
Penetapan nama-nama peserta Arabic Meeting dan pembagian kelompoknya. Idealnya satu kelompok berjumlah 5 (lima) orang. Maka bila jumlah peserta Arabic Meeting mencapai 10 (sepuluh) orang, perlu dibagi dalam beberapa kelompok dimana setiap kelompok mempunyai ketua kelompok. Bila jumlah peserta 10 - 14 orang: dibagi 2 kelompok. Bila jumlah peserta 15 - 19 orang: dibagi 3 kelompok.Bila jumlah peserta 20 - 24 orang: dibagi 4 kelompok.Dan seterusnya
Penentuan waktu dan tempat Arabic Meeting. Idealnya, Arabic Meeting dilaksanakan minimal sekali sepekan. Bila beberapa kelompok mengadakan Arabic Meeting pada waktu dan tempat yang sama, tetap membuat halaqah per kelompok masing-masing terlebih dahulu sebelum bergabung membentuk halaqah besar.
Membicarakan masalah-masalah lainnya yang dianggap perlu dibicarakan untuk kelancaran kegiatan-kegiatan seterusnya.
Membagi-bagikan modul Arabic Meeting kepada setiap peserta. Modul ini bisa dibuat dan diambil dari buku-buku pelajaran Bahasa Arab dan contoh-contoh percakapan yang ada di dalamnya. Termasuk dari ebook Arabindo yang bisa didownload di sini. Setiap satu pertemuan Arabic Meeting sebaiknya mempunyai satu modul dalam bentuk lembaran kertas yang dibagi kepada setiap peserta.

C. KEGIATAN ARABIC MEETING

Setiap peserta mempersiapkan diri setiap kali akan menghadiri kegiatan Arabic Meeting dengan membaca baik-baik modul yang diberikan dan mempersiapkan kosa kata yang perlu dihafalkan yang disesuaikan pula dengan keadaan masing-masing.
Ketika menghadiri kegiatan Arabic Meeting, setiap peserta supaya membawa alat tulis dan buku catatan kecil untuk mencatat kosa kata yang baru diketahui atau hal-hal lain yang dianggap perlu untuk dicatat. Demikian pula dianjurkan membawa kamus Bahasa Arab dan buku pelajaran Bahasa Arab yang dimiliki.
Setiap peserta diberi kesempatan berbicara dengan menggunakan Bahasa Arab secara bergantian menurut modul yang disusun untuk hari itu. Bila ada pembicara yang belum mengetahui atau lupa dengan suatu kosa kata Bahasa Arab yang ingin dia gunakan, ia boleh menggunakan Bahasa Indonesia. Pendengar yang lain boleh mengingatkan atau memberitahukan kosa kata yang dimaksud bila dianggap perlu.
Setelah seorang peserta selesai berbicara, para peserta yang lain boleh menanggapi atau mengajukan pertanyaan kepada peserta yang tadi berbicara. Tentunya semuanya dengan menggunakan Bahasa Arab atau dicampur dengan Bahasa Indonesia bila terpaksa. Peserta yang ditanya dipersilakan menjawab seperlunya.
Bila seluruh peserta telah selesai menggunakan gilirannya berbicara, dibuka babak selanjutnya yakni semacam "time out" (waktu jeda) untuk mendiskusikan kegiatan yang tadi dilakukan. Diskusi kali ini boleh menggunakan Bahasa Indonesia. Adapun hal-hal yang didiskusikan dalam babak ini adalah: saling tukar menukar ilmu dan informasi serta saling koreksi tentang kosa kata, susunan kalimat atau tata bahasa yang tadi digunakan.
Selesai "time out", kembali mengulangi kegiatan sebelumnya dengan maksud untuk memperbaiki, memperlancar dan mempermantap penguasaan kosa kata, penyusunan kalimat dan keterampilan berbicara dengan menggunakan Bahasa Arab bagi setiap peserta. Demikian seterusnya hingga dianggap cukup.
Susunan kegiatan Arabic Meeting ini bisa dimodifikasi, ditambah (atau dikurangi) dengan kegiatan-kegiatan lain, tentunya sepanjang tetap pada konteks dan tujuan Arabic Meeting yang sesungguhnya, yakni melatih keterampilan berbahasa Arab setiap peserta.

Selamat membentuk dan melaksanakan Arabic Meeting.
Kami tunggu komentar, saran dan bagi pengalamannya!
www.belajarbahasaarab.blogspot.com
Panduan ini bisa didownload dalam format file PDF yang mudah dicetak (print-out).
DOWNLOAD DI SINI:
http://www.ziddu.com/download/19192418/PanduanArabicMeeting.pdf.html

Kamis, 22 November 2012

Kesalahan Dalam Memanjangkan Dan Memendekkan Kata




Bahasa arab adalah bahasa yang luar biasa, bahasa yang memiliki kosakata yang sangat banyak, satu huruf dalam satu kalimat saja, apabila dihilangkan atau di tambahkan akan menimbulkan perubahan arti yang sangat jauh berbeda, cara pembacaan harakat yang salah maka akan menimbulkan makna yang jauh berbeda.
Di antara kesalahan yang terjadi pada sebagian kaum muslimin adalah ketika membaca salah satu surat dalam al-Qur’an yaitu surat al-kafirun, di antara ayatnya adalah:لاَ أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ


“Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.” (QS. Al-Kafirun: 2)Ayat ini menunjukkan pengikraran kita sebagai seorang muslim, bahwa kita tidak akan menyembah apa yang di sembah oleh orang-orang kafir.Sebagian kaum muslimin membaca ayat ini dengan memendekkan kata لاَ menjadi لَ . Mereka tidak tahu akibat yang di timbulkan karena perubahan ini sangat besar!!Kata laa dengan memanjangkannya bermakna tidak (inilah yang benar) sedangkan kata la dengan memendekkannya bermakna sungguh-sungguh. (silakan lihat pembahasa pada macam-macam laa dan Macam-macam lam)Kalau la dipendekkan, maka artinya berubah menjadi, “Aku benar-benar akan menyembah apa yang kamu sembah.” !?…. betapa berubahnya makna kalimat yang mulia ini ! bukankah dengan mengucapkannya malah ia terjatuh dalam ucapan kesyirikan?! 
Contoh kalimat dalam al-Qur’an yang menggunakan la (dengan memendekkannya) adalah firman Allah dalam Surat az-Zumar,وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ“Dan Sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. ‘Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu Termasuk orang-orang yang merugi.’” (QS. Az-Zumar: 65)Kata la (dibaca pendek) pada kalimat “La in”, pada kalimat “La yahbathonna” dan “La takunanna” merupakan la yang bermakna taukid (penguatan), sehingga kalau diartikan secara bahasa kira-kira adalah, “Sungguh jika kamu mempersekutukanku (Allah), sungguh niscaya akan hapuslah amalanmu dan sungguh kamu akan termasuk orang-orang yang merugi.”Pembaca sekalian yang di muliakan oleh Allah, coba perhatikan, berapa La penegas dalam kalimat di atas??. Tiga buah kata penegas!!.  Belum lagi kalau nun taukid (yang juga merupakan huruf penegas) kita masukkan…Faedah yang bisa kita ambil diantaranya adalah, betapa pentingnya mengenal kesyirikan dan perinciannya, dalam ayat ini Allah memperingatkan bahaya kesyirikan dengan sangat keras. 
Faedah lainnya adalah betapa bahasa arab tidak bisa diungkapkan secara sempurna oleh bahasa lainnya. Seperti firman Allah di atas, kalau kita artikan dalam bahasa indonesia saja maka artinya seperti pada terjemahan pertama, padahal kalau ingin di ungkapkan secara lebih rinci maka artinya seperti pada terjemah yang kedua, dan arti kedua pun sesungguhnya belum mencerminkan pemahaman sempurna dari Firman Allah di atas. 
Pemahaman bahasa seperti ini tidak akan bisa dirasakan kecuali jika menguasai bahasa arab, sepintar apapun penerjemah, dia akan kesulitan, bahkan tidak bisa untuk menerjemahkan bahasa arab ke bahasa lainnya dengan sempurna, karena sulitnya mencari kosakata yang sesuai, sulitnya mengungkapkan gaya bahasa arab dengan bahasa lainnya…Karena itu pulalah mengapa sebagian para ulama mengatakan kalau mempelajari bahasa arab hukumnya adalah wajib, mereka mengambil  kesimpulan ini dari kaidah,مَا لاَ يَتِمٌّ الْوَاجِبُ إِلاَّ بِهِ فَهُوَ وَاجِبٌ“Apa yang tidak sempurna suatu kewajiban kecuali dengannya maka ia juga hukumnya wajib.”Kalau kita tidak mungkin memahami al-Qur’an dan as-Sunnah secara sempurna kecuali dengan mempelajari bahasa arab, maka mempelajari bahasa arab hukumnya menjadi wajib, wallahu a’lam

Rabu, 21 November 2012

Kesalahan Lafazh Takbir



Sebagian kaum muslimin, bahkan imam yang memimpin shalat memulai shalat dengan mengucapkan, aallahu akbar, yaitu dengan memanjangkan kata ‘a’ di awalnya… cara baca seperti itu adalah cara yang salah, bahkan menimbulkan makna kekafiran.
اَللهُ أَكْبَرُ dengan lafazh, Allaahu Akbar (semua kata di baca satu harakat, kecuali lafazh lam kedua pada lafazh jalalah Allah dan inilah yang benar), memiliki makna bahwa Allah adalah yang maha besar, jika kalimat tersebut di ganti dengan memanjangkan ‘a’ di awal menjadi,
آللهُ أَكْبَرُYang di dapat dari kalimat,أَاَللهُ أَكْبَرُKata ini, awalnya adalah “a Allaahu Akbar” kemudian cara bacanya adalah dengan memanjangkannya, diucapkan dengan “aa”.Perubahan seperti ini merubah maknanya menjadi, “Apakah Allah yang maha besar?” !!Perhatikanlah, betapa jauh maknanya berpaling…Karena penambahan hamzah (a) di awal menunjukkan istifham (kata tanya), hal ini bisa menimbulkan makna kekafiran, karena bisa bermakna si pengucap tidak yakin akan kebesaran Allah ta’ala. Na’udzu billah, kita berlindung kepada Allah dari ucapan dan keyakinan seperti itu.
Maka betapa pentingnya bagi kaum muslimin untuk bisa mengerti bahasa arab, supaya tidak terjatuh dalam perkara-perkara seperti ini…Kesalahan Pembacaan Lafazh “Allahu Akbar”Sebelumnya telah kita bahas penulisan yang benar dari Lafazh “Allaahu Akbar”, diantara satu lagi kesalahan yang kita temui dalam pengucapan lafazh yang mulia tersebut adalah pengucapan sebagian orang dengan melafazhkannya “Allaahu Akbaar” dengan menambahkan ‘a’ pada lafazh ‘Akbar’, akibat dari penambahan tersebut adalah perubahan makna yang sangat jauh. Akbar, Seharusnya di baca pendek semua, yang maknanya adalah lebih besar, jika dibaca dengan lafazh Akbaar, maka maknanya adalah gendang?!, dan ini adalah perubahan yang sangat fatal.Kalimat ini bukanlah menjadi kalimat taat, bahkan menjadi kalimat maksiat dan mungkar, sepantasnya di rubah bagi orang yang mengetahuinya.
Ngajiyok.blogspot.com

Pentingnya Bahasa Arab



Imam Asy-Syafi’i mengatakan, Manusia menjadi buta agama, bodoh dan selalu berselisih paham lantaran mereka meninggalkan bahasa Arab, dan lebih mengutamakan konsep Aristoteles. (Siyaru A’lamin Nubala, 10/74.)
Itulah ungkapan Imam Syafi’i buat umat, agar kita jangan memarginalkan bahasa kebanggaan umat Islam. Seandainya sang imam menyaksikan sikap umat sekarang ini terhadap bahasa Arab, tentulah keprihatinan beliau akan semakin memuncak.
Bahasa Arab berbeda dengan bahasa-bahasa lain yang menjadi alat komunikasi di kalangan umat manusia. Ragam keunggulan bahasa Arab begitu banyak. Idealnya, umat Islam mencurahkan perhatiannya terhadap bahasa ini. Baik dengan mempelajarinya untuk diri mereka sendiri ataupun memfasilitasi dan mengarahkan anak-anak untuk tujuan tersebut.Di masa lampau, bahasa Arab sangat mendapatkan tempat di hati kaum muslimin. Ulama dan bahkan para khalifah tidak melihatnya dengan sebelah mata. Fashahah (kebenaran dalam berbahasa) dan ketajaman lidah dalam berbahasa menjadi salah satu indikasi keberhasilan orang tua dalam mendidik anaknya saat masa kecil.
Redupnya perhatian terhadap bahasa Arab nampak ketika penyebaran Islam sudah memasuki negara-negara ‘ajam (non Arab). Antar ras saling berinteraksi dan bersatu di bawah payung Islam. Kesalahan ejaan semakin dominan dalam perbincangan. Apalagi bila dicermati realita umat Islam sekarang pada umumnya, banyak yang menganaktirikan bahasa Arab. Yang cukup memprihatinkan, para orang tua kurang mendorong anak-anaknya agar dapat menekuni bahasa Arab ini.Keistimewaan Bahasa Arab1.Bahasa Arab adalah bahasa Al Quran. Allah ta’ala berfirman: “Sesungguhnya Kami telah menjadikan Al-Quran dalam bahasa Arab, supaya kalian memahaminya.” (QS. Az Zukhruf: 3)2.Bahasa Arab adalah bahasa Nabi Muhammad dan bahasa verbal para sahabat. Hadits-hadits Nabi yang sampai kepada kita dengan berbahasa Arab. Demikian juga kitab-kitab fikih, tertulis dengan bahasa ini.
 Oleh karena itu, penguasaan bahasa Arab menjadi pintu gerbang dalam memahaminya.3.Susunan kata bahasa Arab tidak banyak. Kebanyakan terdiri atas susunan tiga huruf saja. Ini akan mempermudah pemahaman dan pengucapannya.4.Indahnya kosakata Arab. Orang yang mencermati ungkapan dan kalimat dalam bahasa Arab, ia akan merasakan sebuah ungkapan yang indah dan gamblang, tersusun dengan kata-kata yang ringkas dan padat.Petunjuk Urgensi Belajar Bahasa Arab1. Teguran Keras Terhadap Kekeliruan Dalam BerbahasaBerbahasa yang baik dan benar sudah menjadi tradisi generasi Salaf. Oleh karena itu, kekeliruan dalam pengucapan ataupun ungkapan yang tidak seirama dengan kaidah bakunya dianggap sebagai cacat, yang mengurangi martabat di mata orang banyak. Apalagi bila hal itu terjadi pada orang yang terpandang.Ibnul Anbari menyatakan: “Bagaimana mungkin perkataan yang keliru dianggap baik…? Bangsa Arab sangat menyukai orang yang berbahasa baik dan benar, mereka memandang orang-orang yang keliru dengan sebelah mata dan menyingkirkan mereka”.Umar bin Khaththab pernah mengomentari cara memanah beberapa orang dengan berucap: “Alangkah buruk bidikan panah kalian”. Mereka menjawab, “Nahnu qawmun muta’alimiina (kami adalah para pemula)”, (Seharusnya: Nahnu Qawmun Muta’alimuuna - mereka salah dalam bahasa -ed) maka Umar berkata, “Kesalahan berbahasa kalian lebih fatal menurutku daripada buruknya bidikan kalian…” (Al Malahin, karya Ibnu Duraid Al Azdi, hlm. 72)2. 
Perhatian Salaf Terhadap Bahasa Arab
Umar bin Khaththab pernah menulis surat kepada Abu Musa yang berisi pesan: “Amma ba’du, pahamilah sunnah dan pelajarilah bahasa Arab”.Pada kesempatan lain, beliau mengatakan: “Semoga Allah merahmati orang yang meluruskan lisannya (dengan belajar bahasa Arab)”.Pada kesempatan lain lagi, beliau menyatakan: “Pelajarilah agama, dan ibadah yang baik, serta dalamilah bahasa Arab”.Beliau juga mengatakan: “Pelajarilah bahasa Arab, sebab ia mampu menguatkan akal dan menambah kehormatan”. (Tarikh Umar bin Khathab, karya Ibnul Jauzi, 225)Para ulama tidak mengecilkan arti bahasa Arab. Mereka tetap memberikan perhatian yang besar dalam menekuninya, layaknya ilmu syar’i lainnya. Sebab bahasa Arab adalah perangkat dan sarana untuk memahami ilmu syariat.Imam Syafi’i pernah berkata: “Aku tinggal di pedesaan selama dua puluh tahun. Aku pelajari syair-syair dan bahasa mereka. Aku menghafal Al Qur’an. 
Tidak pernah ada satu kata yang lewat olehku, kecuali aku memahami maknanya”.Imam Syafi’i telah mencapai puncak dalam penguasaan bahasa Arab, sehingga dijuluki sebagai orang Quraisy yang paling fasih pada masanya. Dia termasuk yang menjadi rujukan bahasa Arab.Ibnul Qayyim juga dikenal memiliki perhatian yang kuat terhadap bahasa Arab. Beliau mempelajari dari kitab Al Mulakhkhash karya Abul Baqa’, Al Jurjaniyah, Alfiyah Ibni Malik, Al Kafiyah Asy Syafiah dan At Tashil, Ibnul Fathi Al Ba’li. Beliau juga belajar dari Ali bin Majd At Tusi.Ulama lain yang terkenal memiliki perhatian yang besar terhadap bahasa Arab adalah Imam Syaukani. Ulama ini menimba ilmu nahwu dan sharaf dari tiga ulama sekaligus, yaitu: Sayyid Isma’il bin Al Hasan, ‘Allamah Abdullah bin Ismail An Nahmi, dan ‘Allamah Qasim bin Muhammad Al Khaulani.3. Anak-Anak Khalifah Juga Belajar Bahasa ArabPara khalifah, dahulu juga memberikan perhatian besar terhadap bahasa Arab.
 Selain mengajarkan pada anak-anak dengan ilmu-ilmu agama, mereka juga memberikan jadwal khusus untuk memperdalam bahasa Arab dan sastranya. Motivasi mereka, lantaran mengetahui nilai positif bahasa Arab terhadap gaya ucapan mereka, penanaman budi pekerti, perbaikan ungkapan dalam berbicara, modal dasar mempelajari Islam dari referensinya. Oleh karena itu, ulama bahasa Arab juga memiliki kedudukan dalam pemerintahan dan dekat dengan para khalifah. Para pakar bahasa menjadi guru untuk anak-anak khalifah.Al Ahmar An Nahwi berkata, “Aku diperintahkan Ar Rasyid untuk mengajarkan sastra Arab kepada anaknya, Muhammad Al Amin. Al Makmun dan Al Amin juga pernah dididik pakar bahasa yang bernama Abul Hasan ‘Ali bin Hamzah Al Kisai yang menjadi orang dekat Khalifah.
 Demikian juga pakar bahasa lain yang dikenal dengan Abu Ishaq Ibrahim bin Muhammad bin As Sari mengajari anak-anak Khalifah AlMu’tadhid pelajaran bahasa Arab. Juga Abu Qadim Abu Ja’far Muhammad bin Qadim mengajari Al Mu’taz sebelum memegang tampuk pemerintahan”.Bahasa Arab adalah bahasa yang terbaik di dunia, karena Allah memilihnya menjadi bahasa yang digunakan di dalam kitab-Nya yang mulia. Selain itu, bahasa Arab memang memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap pendidikan. Terutama dalam memahami Islam dengan baik dan benar. Hendaknya kaum muslimin bersemangat dalam mempelajarinya. Semoga saja.Pengaruh Bahasa Arab Untuk Pendidikan1. Mempermudah Penguasaan Terhadap Ilmu PengetahuanIslam sangat menekankan pentingnya aspek pengetahuan melalui membaca. Allah ta’ala berfirman, “Bacalah dengan nama Rabb-mu yang menciptakan.” (QS. Al ‘Alaq: l)Melalui bahasa Arab, orang dapat meraih ilmu pengetahuan. Sebab bahasa Arab telah menjadi sarana mentransfer pengetahuan. 
Bukti konkretnya, banyak ulama yang mengabadikan berbagai disiplin ilmu dalam bait-bait syair yang lebih dikenal dengan nazham (manzhumah atau nazhaman). Dengan ini, seseorang akan relatif lebih mudah mempelajarinya, lantaran tertarik pada keindahan susunannya, dan menjadi keharusan untuk menghafalnya bagi orang yang ingin benar-benar menguasainya dengan baik.Sebagai contoh, kitab Asy Syathibiyah Fi Al Qiraati As Sab’i Al Mutawatirati ‘Anil Aimmati Al Qurrai As Sab’ah, adalah matan syair yang berisi pelajaran qiraah sab’ah, karangan Imam Al Qasim bin Firah Asy Syathibi. Buku lain yang berbentuk untaian bait syair, Al Jazariyah, yaitu buku tentang tajwid karya Imam Muhammad bin Muhammad Al Jazari. Dalam bidang ilmu musthalah hadits, ada kitab Manzhumah Al Baiquniyah, karya Syaikh Thaha bin Muhammad Al Baiquni. Dan masih banyak contoh lainnya.2. Meningkatkan Ketajaman Daya PikirDalam hal ini, Umar bin Khaththab berkata, “Pelajarilah bahasa Arab. Sesungguhnya ia dapat menguatkan akal dan menambah kehormatan.”Pengkajian bahasa Arab akan meningkatkan daya pikir seseorang, lantaran di dalam bahasa Arab terdapat susunan bahasa indah dan perpaduan yang serasi antar kalimat.
 Hal itu akan mengundang seseorang untuk mengoptimalkan daya imajinasinya. Dan ini salah satu faktor yang secara perlahan akan menajamkan kekuatan intelektual seseorang. Pasalnya, seseorang diajak untuk merenungi dan memikirkannya. Renungkanlah firman Allah ta’ala, “Barangsiapa yang menyekutukan sesuatu dengan Allah, maka ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.” (QS Al Hajj: 31)Lantaran dahsyatnya bahaya syirik kepada Allah, maka permisalan orang yang melakukannya bagaikan sesuatu yang jatuh dari langit yang langsung disambar burung sehingga terpotong-potong tubuhnya. Demikian perihal orang musyrik, ketika ia meninggalkan keimanan, maka syetan-syetan ramai-ramai menyambarnya sehingga terkoyak dari segala sisi, agama dan dunianya, mereka hancurkan. (Tafsir As Sa’di)3. Mempengaruhi Pembinaan Akhlak Orang yang menyelami bahasa Arab, akan membuktikan bahwa bahasa ini merupakan sarana untuk membentuk moral luhur dan memangkas perangai kotor.Berkaitan dengan itu, Ibnu Taimiyah berkata: “Ketahuilah, perhatian terhadap bahasa Arab akan berpengaruh sekali terhadap daya intelektualitas, moral, agama (seseorang) dengan pengaruh yang sangat kuat lagi nyata. Demikian juga akan mempunyai efek positif untuk berusaha meneladani generasi awal umat ini dari kalangan sahabat, tabi’in dan meniru mereka, akan meningkatkan daya kecerdasan, agama dan etika”. (Iqtidha Shiratil Mustaqim, hlm. 204)Misalnya, penggalan syair yang dilantunkan Habib bin Aus yang menganjurkan berperangai dengan akhlak yang baik:Manusia senantiasa dalam kebaikan,
selama ia mempunyai rasa malu
Batang pohon senantiasa abadi,
selama kulitnya belum terkelupas
Demi AIlah, tidak ada sedikit pun kebaikan dalam kehidupan,
Demikian juga di dunia, bila rasa malu telah hilang sirna Juga ada untaian syair yang melecut orang agar menjauhi tabiat buruk.
Imam Syafi’i mengatakan:Bila dirimu ingin hidup
dengan bebas dari kebinasaan,
(juga) agamamu utuh dan kehormatanmu terpelihara,
Janganlah lidahmu
mengungkit cacat orang,
Tubuhmu sarat dengan aib, dan orang (juga)
memiliki lidah. Jadi, bahasa Arab tetap penting, Bahkan menjadi ciri khas kaum muslimin. Seyogyanya menjadi perhatian kaum muslimin. Dengan memahami bahasa Arab, penguasaan terhadap Al Qur’an dan As Sunnah menjadi lebih mudah. Pada gilirannya, akan mengantarkan orang untuk dapat menghayati nilai-nilainya dan mengamalkannya dalam kehidupan.
Diangkat dari Al Atsaru At Tarbawiyah Li Dirasati Al Lughah Al ‘Arabiyyah, karya Dr. Khalid bin Hamid Al Hazimi, dosen Fakultas Dakwah dan Ushuluddin Universitas Islam Madinah. Majalah jami’ah Islamiyyah, edisi 125 Th. 1424 H. Disalin oleh badar online dari http://blog.vbaitullah.or.id

Selasa, 20 November 2012

Keutamaan Bahasa Arab



Tidak perlu diragukan lagi, memang sepantasnya seorang muslim mencintai bahasa Arab dan berusaha menguasainya. Allah telah menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa Al-Qur’an karena bahasa Arab adalah bahasa yang terbaik yang pernah ada sebagaimana firman Allah ta’ala:

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ“Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.”Ibnu katsir berkata ketika menafsirkan surat Yusuf ayat 2 di atas: “Yang demikian itu

(bahwa Al -Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab) karena bahasa Arab adalah bahasa yang paling fasih, jelas, luas, dan maknanya lebih mengena lagi cocok untuk jiwa manusia. Oleh karena itu kitab yang paling mulia (yaitu Al-Qur’an) diturunkan kepada rosul yang paling mulia (yaitu: Rosulullah), dengan bahasa yang termulia (yaitu Bahasa Arab), melalui perantara malaikat yang paling mulia (yaitu malaikat Jibril), ditambah kitab inipun diturunkan pada dataran yang paling mulia diatas muka bumi (yaitu tanah Arab), serta awal turunnya pun pada bulan yang paling mulia (yaitu Romadhan), sehingga Al-Qur an menjadi sempurna dari segala sisi.” (Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir surat Yusuf).

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Berkata: “Sesungguhnya ketika Allah menurunkan kitab-Nya dan menjadikan Rasul-Nya sebagai penyampai risalah (Al-Kitab) dan Al-Hikmah (As-sunnah), serta menjadikan generasi awal agama ini berkomunikasi dengan bahasa Arab, maka tidak ada jalan lain dalam memahami dan mengetahui ajaran Islam kecuali dengan bahasa Arab.

Oleh karena itu memahami bahasa Arab merupakan bagian dari agama. Keterbiasaan berkomunikasi dengan bahasa Arab mempermudah kaum muslimin memahami agama Allah dan menegakkan syi’ar-syi’ar agama ini, serta memudahkan dalam mencontoh generasi awal dari kaum Muhajirin dan Anshar dalam keseluruhan perkara mereka.” (Iqtidho Shirotil Mustaqim).Sungguh sangat menyedihkan sekali, apa yang telah menimpa kaum muslimin saat ini, hanya segelintir dari mereka yang mau mempelajari bahasa Arab dengan serius. Hal ini memang sangat wajar karena di zaman modern ini banyak sekali kaum muslimin tenggelam dalam tujuan dunia yang fana, Sehingga mereka enggan dan malas mempelajari bahasa Arab. Karena mereka tahu tidak ada hasil duniawi yang bisa diharapkan jika pandai berbahasa Arab. Berbeda dengan mempelajari bahasa Inggris, kaum muslimin di saat ini begitu semangat sekali belajar bahasa Inggris, karena mereka tahu banyak tujuan dunia yang bisa diperoleh jika pandai bahasa Inggris, sehingga kita dapati mereka rela untuk meluangkan waktu yang lama dan biaya yang banyak untuk bisa menguasai bahasa ini. Sehingga kursus-kursus bahasa Inggris sangat laris dan menjamur dimana-mana walaupun dengan biaya yang tak terkira. Namun bagaimana dengan kursus bahasa Arab…??? seandainya mereka benar-benar yakin terhadap janji Allah ta’ala untuk orang yang menyibukkan diri untuk mencari keridhoanNya, serta yakin akan kenikmatan surga dengan kekekalannya, niscaya mereka akan berusaha keras untuk mempelajari bahasa arab. Karena ia adalah sarana yang efektif untuk memahami agama-Nya.

Kenyataan ini tidak menunjukkan larangan mempelajari bahasa Inggris ataupun lainnya. Tapi yang tercela adalah orang yang tidak memberikan porsi yang adil terhadap bahasa arab. Seyogyanya mereka juga bersemangat dan bersungguh-sungguh dalam mempelajari bahasa Arab.Syaikh Utsaimin pernah ditanya: “Bolehkah seorang penuntut ilmu mempelajari bahasa Inggris untuk membantu dakwah ?” Beliau menjawab: “Aku berpendapat, mempelajari bahasa Inggris tidak diragukan lagi merupakan sebuah sarana. Bahasa Inggris menjadi sarana yang baik jika digunakan untuk tujuan yang baik, dan akan menjadi jelek jika digunakan untuk tujuan yang jelek. Namun yang harus dihindari adalah menjadikan bahasa Inggris sebagai pengganti bahasa Arab karena hal itu tidak boleh. Aku mendengar sebagian orang bodoh berbicara dengan bahasa Inggris sebagai pengganti bahasa Arab, bahkan sebagian mereka yang tertipu lagi mengekor (meniru-niru), mengajarkan anak-anak mereka ucapan “selamat berpisah” bukan dengan bahasa kaum muslimin. Mereka mengajarkan anak-anak mereka berkata “bye-bye” ketika akan berpisah dan yang semisalnya. Mengganti bahasa Arab, bahasa Al-Qur’an dan bahasa yang paling mulia, dengan bahasa Inggris adalah haram.

Adapun menggunakan bahasa Inggris sebagai sarana untuk berdakwah maka tidak diragukan lagi kebolehannya bahwa kadang-kadang hal itu bisa menjadi wajib. Walaupun aku tidak mempelajari bahasa Inggris namun aku berangan-angan mempelajarinya. terkadang aku merasa sangat perlu bahasa Inggris karena penterjemah tidak mungkin bisa mengungkapkan apa yang ada di hatiku secara sempurna.” (Kitabul ‘Ilmi).Dan termasuk hal yang sangat menyedihkan, didapati seorang muslim begitu bangga jika bisa berbahasa Inggris dengan fasih namun mengenai bahasa Arab dia tidak tahu?? Kalau keadaannya sudah seperti ini bagaimana bisa diharapkan Islam maju dan jaya seperti dahulu. Bagaimana mungkin mereka bisa memahami syari’at dengan benar kalau mereka sama sekali tidak mengerti bahasa Arab…???

Hukum Orang Yang Mampu Berbahasa Arab Namun Berbicara Menggunakan Bahasa Selain Bahasa ArabSyaikhul Islam Ibnu Taimiyah Berkata: “Dibenci seseorang berbicara dengan bahasa selain bahasa Arab karena bahasa Arab merupakan syiar Islam dan kaum muslimin. Bahasa merupakan syiar terbesar umat-umat, karena dengan bahasa dapat diketahui ciri khas masing-masing umat.” (Iqtidho Shirotil Mustaqim).Asy-Syafi’iy berkata sebagaimana diriwayatkan As-Silafi dengan sanadnya sampai kepada Muhammad bin Abdullah bin Al Hakam, beliau berkata: “Saya mendengar Muhammad bin Idris Asy-syafi’iy berkata: “Allah menamakan orang-orang yang mencari karunia Allah melalui jual beli (berdagang) dengan nama tu’jar (tujjar dalam bahasa Arab artinya para pedagang-pent), kemudian Rosululloh juga menamakan mereka dengan penamaan yang Allah telah berikan, yaitu (tujjar) dengan bahasa arab. Sedangkan “samasiroh” adalah penamaan dengan bahasa `ajam (selain arab). Maka kami tidak menyukai seseorang yang mengerti bahasa arab menamai para pedagang kecuali dengan nama tujjar dan janganlah orang tersebut berbahasa Arab lalu dia menamakan sesuatu (apapun juga-pent) dengan bahasa `ajam.

 Hal ini karena bahasa Arab adalah bahasa yang telah dipilih oleh Allah, sehingga Allah menurunkan kitab-Nya yang dengan bahasa Arab dan menjadikan bahasa Arab merupakan bahasa penutup para Nabi, yaitu Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu, kami katakan seyogyanya setiap orang yang mampu belajar bahasa Arab mempelajarinya, karena bahasa Arab adalah bahasa yang paling pantas dicintai tanpa harus melarang seseorang berbicara dengan bahasa yang lain. Imam Syafi’iy membenci orang yang mampu berbahasa Arab namun dia tidak berbahasa Arab atau dia berbahasa Arab namun mencampurinya dengan bahasa `ajam.” (Iqtidho Shirotil Mustaqim).Abu Bakar bin ‘Ali Syaibah meriwayatkan dalam Al Mushanaf: “Dari Umar bin Khattab, beliau berkata: Tidaklah seorang belajar bahasa Persia kecuali menipu, tidaklah seseorang menipu kecuali berkurang kehormatannya. Dan Atho’ (seorang tabi’in) berkata: Janganlah kamu belajar bahasa-bahasa ajam dan janganlah karnu masuk gereja - gereja mereka karena sesungguhnya Allah menimpakan kemurkaan-Nya kepada mereka, (Iqtidho Shirotil Mustaqim). Diriwayatkan bahwa Imam Ahmad berkata: “Tanda keimanan pada orang ‘ajam (non arab) adalah cintanya terhadap bahasa arab.”

 Dan adapun membiasakan berkomunikasi dengan bahasa selain Arab, yang mana bahasa Arab merupakan syi’ar Islam dan bahasa Al-Qur’an, sehingga bahasa selain arab menjadi kebiasaan bagi penduduk suatu daerah, keluarga, seseorang dengan sahabatnya, para pedagang atau para pejabat atau bagi para karyawan atau para ahli fikih, maka tidak disangsikan lagi hal ini dibenci. Karena sesungguhnya hal itu termasuk tasyabuh (menyerupai) dengan orang `ajam dan itu hukumnya makruh.” (Iqtidho Shirotil Mustaqim).Khurasan, yang penduduk kedua kota tersebut berbahasa Persia serta menduduki Maghrib, yang penduduknya berbahasa Barbar, maka kaum muslimin membiasakan penduduk kota tersebut untuk berbahasa Arab, hingga seluruh penduduk kota tersebut berbahasa Arab, baik muslimnya maupun kafirnya. Demikianlah Khurasan dahulu kala. Namun kemudian mereka menyepelekan bahasa Arab, dan mereka kembali membiasakan bahasa Persia sehingga akhirnya menjadi bahasa mereka. Dan mayoritas mereka pun menjauhi bahasa Arab. Tidak disangsikan lagi bahwa hal ini adalah makruh. (Iqtidho Shirotil Mustaqim).

Pengaruh Bahasa Arab Dalam KehidupanSyaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: “Merupakan metode yang baik adalah membiasakan berkomunikasi dengan bahasa Arab hingga anak kecil sekalipun dilatih berbahasa Arab di rumah dan di kantor, hingga nampaklah syi’ar Islam dan kaum muslimin. Hal ini mempermudah kaum muslimin urituk memahami makna Al-Kitab dan As-Sunnah serta perkataan para salafush shalih. Lain halnya dengan orang yang terbiasa berbicara dengan satu bahasa lalu ingin pindah ke bahasa lain maka hal itu sangat sulit baginya. Dan ketahuilah…!!! membiasakan berbahasa Arab sangat berpengaruh terhadap akal, akhlak dan agama. Juga sangat berpengaruh dalam usaha mencontoh mereka dan memberi dampak positif terhadap akal, agama dan tingkah laku.” (Iqtidho Shirotil Mustaqim).Sungguh benar apa yang dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, bahasa Arab memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan, akhlak, agama. Orang yang pandai bahasa Arab cenderung senang membaca kitab-kitab para ulama yang berbahasa Arab dan tentu senang juga membaca dan menghafal Al-Qur’an serta hadits-hadits Rasulullah. Sehingga hal ini bisa memperbagus akhlak dan agamanya.

Berbeda dengan orang yang pandai berbahasa Inggris (namun tanpa dibekali dengan ilmu agama yang baik), dia cenderung senang membaca buku berbahasa Inggris yang jelas kebanyakannya merupakan karya orang kafir. Sehingga mulailah ia mempelajari kehidupan orang kafir sedikit demi sedikit. Mau tidak mau iapun harus mempelajari cara pengucapan dan percakapan yang benar melalui mereka, agar dia bisa memperbagus bahasa Inggrisnya. Bisa jadi akhirnya ia pun senang mempelajari dan menghafal lagu-lagu berbahasa Inggris (yang kebanyakan isinya berisi maksiat) dan tanpa sadar diapun mengidolakan artis atau tokoh barat serta senang mengikuti gaya-gaya mereka. Akhlaknya pun mulai meniru akhlak orang barat (orang kafir), dan mengagungkan orang kafir serta takjub pada kehebatan mereka. Akhirnya, diapun terjatuh dalam tasyabbuh (meniru-niru) terhadap orang kafir, menganggap kaum muslimin terbelakang dan ujung-ujungnya dia lalai dari mempelajari Al-Qur’an dan hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.Hukum Mempelajari Bahasa ArabSyaikhul Islam Berkata: “Dan sesungguhnya bahasa Arab itu sendiri bagian dari agama dan hukum mempelajarinya adalah wajib, karena memahami Al-Kitab dan As-Sunnah itu wajib dan keduanya tidaklah bisa difahami kecuali dengan memahami bahasa Arab. Hal ini sesuai dengan kaidah:مَا لاَ يَتِمٌّ الْوَاجِبُ إِلاَّ بِهِ فَهُوَ وَاجِبٌ“Apa yang tidak sempurna suatu kewajiban kecuali dengannya maka ia juga hukumnya wajib.”Namun disana ada bagian dari bahasa Arab yang wajib ‘ain dan ada yang wajib kifayah. Dan hal ini sesuai dengan apa yang diriwayatkan oleh Abu Bakar bin Abi Syaibah, dari Umar bin Yazid, beliau berkata: Umar bin Khattab menulis kepada Abu Musa Al-Asy’ari (yang isinya) “…Pelajarilah As-Sunnah, pelajarilah bahasa Arab dan I’roblah Al-Qur’an karena Al-Qur’an itu berbahasa Arab.”Dan pada riwayat lain, Beliau (Umar bin Khattab) berkata: “Pelajarilah bahasa Arab sesungguhnya ia termasuk bagian dari agama kalian, dan belajarlah faroidh (ilmu waris) karena sesungguhnya ia termasuk bagian dari agama kalian.” (Iqtidho Shirotil Mustaqim).PenutupBahasa Arab adalah bahasa Agama Islam dan bahasa Al-Qur’an, seseorang tidak akan dapat memahami kitab dan sunnah dengan pemahaman yang benar dan selamat (dari penyelewengan) kecuali dengan bahasa Arab.

 Menyepelekan dan menggampangkan Bahasa Arab akan mengakibatkan lemah dalam memahami agama serta jahil (bodoh) terhadap permasalahan agama.Sungguh sangat ironis dan menyedihkan, sekolah-sekolah dinegeri kita, bahasa Arab tersisihkan oleh bahasa-bahasa lain, padahal mayoritas penduduk negeri kita adalah beragama Islam, sehingga keadaan kaum muslimin dinegeri ini jauh dari tuntunan Allah ta’ala dan Rasul-Nya.Maka seyogyanya anda sekalian wahai penebar kebaikan… mempunyai andil dan peran dalam memasyarakatkan serta menyadarkan segenap lapisan masyarakat akan pentingya bahasa Al Qur’an ini, dengan segala kemampuan yang dimiliki, semoga Allah menolong kaum muslimin dan mengembalikan mereka kepada ajaran Rasul-Nya yang shohih. Tiada daya dan kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah ta’ala. Segala puji hanyalah bagi Allah Tuhan semesta alam.***
Penyusun: Tim Bahasa Arab Online


Minggu, 18 November 2012

Jumlah Mahasiswa KIBAR


Jumlah Mahasiswa KIBAR :
- Angkatan 1 : 20   mahasiswa
- Angkatan 2 : 120 mahasiswa
- Angkatan 3 : 500 mahasiswa
- Angkatan 4 : 200 mahasiswa

Kenapa Enggan Belajar Bahasa Arab?


Betapa banyak kaum muslimin yang lebih ridha menyisihkan waktunya, menghabiskan uangnya untuk kursus, membeli bukunya, mengikuti test-testnya untuk bahasa Inggris, tetapi disaat yang sama tak ada waktu, tak punya uang, tak ada buku, tak ada tempat belajar bahasa yang dekat, sudah terlalu tua untuk belajar bahasa Arab.
Layakkah kita memperlakukan dunia kita begitu istimewa dan melupakan bagian akhirat kita? Allah Subhaanahu Wa ta'ala berfirman : "Sungguh kami telah menurunkan Al-Qur'an dengan bacaan dalam bahasa Arab, agar kalian mengerti."(QS.Yusuf : 2)
Dia juga berfirman : "Kami telah jadikan Al-Qur'an ini bacaan dalam bahasa Arab supaya kalian dapat memahami(nya)."(QS.Zukhruf : 3)
Al-Qur'an diturunkan dalam bahasa Arab, maka untuk memahaminya tentu diperlukan kemampuan bahasa Arab. Dalam hal ini, mempelajari bahasa Arab adalah sesuatu yang tidak bisa ditawar-tawar lagi karena tidak mungkin kita bisa memahami Al-Qur'an dengan baik tanpa pemahaman bahasa Arab yang baik pula. Itu sebabnya, Umar bin Khatab Radhiyallahu 'anhu berkata,"Pelajarilah bahasa Arab, sesungguhnya ia bagian dari agama kalian." (Iqtidha)
Umar Radhiyallahu 'anhu juga mengingatkan para sahabatnya yang bergaul bersama orang asing untuk tidak melalaikan bahasa Arab. Ia menulis surat kepada Abu Musa Al-Asy'ari, "adapun setelah itu, pelajarilah sunnah dan pelajarilah bahasa Arab, i'rablah Al-Qur'an karena dia (Al-Qur'an) dari Arab."(Iqtidha, Ibnu Taimiyah).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata,"Bahasa Arab itu termasuk bagian dari agama, sedangkan mempelajarinya adalah wajib, karena memahami Al-Qur'an dan As-Sunnah itu wajib. Tidaklah seseorang bisa memahami keduanya kecuali dengan bahasa Arab. Dan tidaklah kewajiban itu sempurna kecuali dengannya (mempelajari bahasa Arab), maka ia (mempelajari bahasa Arab) menjadi wajib. Mempelajari bahasa Arab, diantaranya ada yang fardhu'ain dan adakalanya fardhu kifayah."
Imam Syafi'i rahimahullah berkata,"Manusia tidaklah menjadi bodoh dan berselisih kecuali ketika meniggalkan bahasa Arab dan cenderung kepada bahasa Aristoteles (bahasa orang barat)."(Siyaru A'lamin Nubala 10/74)
Sebagai penutup, perhatikanlah firman Allah Ta'ala :"Sesungguhnya kami mudahkan Al-Qur'an dengan bahasamu supaya mereka mendapatkan pelajaran."(QS.Ad-Dukhon : 58)

Jumat, 16 November 2012

Testimoni Dahsyat Mahasiswa KIBAR : 3


-"Alhamdulillah, setelah belajar di KIBAR banyak sekali yang bisa didapat. Saya yang sama sekali nol dalam kemampuan berbahasa Arab menjadi terbuka hati untuk menyukainya. Lewat metode KIBAR ini sungguh sangat efektif, apalagi cara penyampaian materi oleh ustadz pembimbing begitu mudah, lucu tapi serius."
(Siti Fatimah 25th Bantul Guru)
-"Di KIBAR, saya mendapatkan pengalaman berharga terutama dalam memahami tata bahasa Arab dan ini tidak mudah ditemukan ditempat pembelajaran lain selain hanya di KIBAR."
(Hilmawan Arif 31th Sleman, Pegawai Swasta)
-"Di KIBAR metode pembelajarannya asyik dan menyenangkan, sehingga tidak membuat saya takut belajar bahasa Arab karena sebelumnya sudah ada kesan bahwa bahasa Arab itu sulit."
(Yayah 21th Magelang, Mahasiswi)
-"Alhamdulillah, dengan mengikuti KIBAR, saya mendapatkan materi yang dapat saya aplikasikan ditempat saya mengajar terutama dalam percakapan dan para siswa yang saya ajar senang dengan sistem percakapan yang saya adopsi dari KIBAR."
(Umi Kulsum 51th Klaten, Guru)
-"Perahu KIBAR... telah membawa saya mengarungi indahnya samudera ilmu bahasa Arab. Gelombang kebaikan yang mengajarkan saya makna kalamNya. Menambah cuaca keimanan yang menenangkan. Mencintai saudara melalui proses pembelajaran. Dengan KIBAR, saya semakin cinta dan dekat dengan Al-Qur'an."
(Rida Kartika 22th Palembang, Mahasiswa)

Testimoni Dahsyat Mahasiswa KIBAR : 2


-"Alhamdulillah, luar biasa... awalnya saya pikir bahasa Arab itu susah, tetapi setelah saya kuliah di KIBAR, saat ini saya bisa mengartikan bahasa Arab, Al-Hadits dan Al-Qur'an. Saya termotivasi untuk tetap belajar bahasa Arab apalagi metode yang digunakan mudah, aplikatif dan inovatif."
(Sutardi 30th Bantul Manager BMT BIF Yogyakarta)
-"Alhamdulillah, KIBAR memberi lebih ruang untuk memahami bahasa Arab, bukan sekedar mengetahui bahasa Arab. Membuat mahasiswanya lebih mencintai bahasa Arab bukan sekedar mempelajari bahasa Arab."
(Nurlaili 23th Malaysia Mahasiswa)
-"Alhamdulillah, tidak hanya ilmu bahasa Arab yang saya dapatkan, tapi juga nuansa ukhuwah dengan teman-teman peserta KIBAR yang saya dapatkan. Metode belajar di KIBAR membuat kita bisa mudah memahami bahasa Arab dan adanya aktivitas belajar berkelompok/berpasangan menjadikan para peserta akrab."
(Annisa Malahayati 29th Bantul Ibu Rumah Tangga)
-"Begitu beruntungnya saya dapat mengikuti KIBAR karena awalnya saya tidak tertarik dan tidak mengetahui tata bahasa Arab sama sekali, lebih-lebih pentingnya bahasa Arab, akhirnya alhamdulillah melalui KIBAR saya bisa mengetahui bahasa Arab dari awal (nol)."
(Andi Nugroho 19th Bantul Mahasiswa)
-"Saya bersyukur bisa mengikuti KIBAR, yang selama ini bahasa Arab terkesan sulit, ternyata terasa mudah dan mengasyikkan sehingga saya tidak merasa bosan untuk terus belajar."
(Poningsih 53th Bantul Ibu Rumah Tangga)