Halaman

Minggu, 13 Januari 2013

Kuliah Perdana KIBAR Angkatan 5


 

Kuliah Perdana KIBAR angkatan 5 insyaAllah akan diselenggrakan hari Ahad, 20 Januari 2013 jam 16.00 di Kampus Utama KIBAR, Kompleks Masjid Raya Arrasul, Jl. Karanglo no.94 Kotagede. Kegiatan ini diselenggarakan sebagai pengenalan awal bagi mahasiswa baru KIBAR terhadap metodologi pengjaran KIBAR.

Minggu, 02 Desember 2012

Mengapa Allah Ta'ala menggunakan kata ganti laki-laki (huwa) untuk diriNya dalam Al-Qur'an?




Sebab mengapa Allah Swt al-Qur’an menggunakan kata ganti orang ketiga laki-laki untuk diri-Nya adalah lantaran al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab dan penggunaan kata ganti laki-laki (dhamir, pronomina) bagi Allah Swt telah sesuai dengan kaidah dan sastra bahasa Arab. Karena Allah Swt bukan muannats (feminim) hakiki dan juga bukan mudzakkar (maskulin) hakiki dan juga tidak menggunakan penggunaan qiyâsi (mengikuti kaidah tertentu) dan simâi muannats majâzi (figuratif). Karena itu, berdasarkan kaidah bahasa Arab yang harus digunakan untuk Zat Allah Swt adalah kata ganti-kata ganti dalam bentuk maskulin figuratif (mudzakkar majâzi). Di samping itu, tanda-tanda literal maskulin dan feminin bukan sebagai penjelas kedudukan dan derajat yang mengandung nilai (value).

Bahasa al-Qur’an adalah bahasa Arab. Bahasa Arab berbeda dengan bahasa-bahasa lainnya menggunakan dua jenis kata ganti dan pronomina (dhamir) orang ketiga laki-laki (mudzakkar) dan kata ganti orang ketiga perempuan (muannats). Suatu hal yang natural bahwa setiap buku atau kitab yang ingin ditulis menggunakan bahasa ini, kendati ia merupakan kitab Ilahi, maka ia harus mengikuti kaidah-kaidah bahasa tersebut dan gramatikanya.

Bahasa Arab, karena tidak memiliki kata ganti orang ketiga waria (khuntsa), sebagian hal yang tidak memiliki jenis kelamin dinyatakan dengan kata ganti orang ketiga laki-laki (dhamir mudzakkar). Namun, yang semisal dengan masalah ini, juga terdapat dalam bahasa-bahasa yang lain, seperti bahasa Prancis. Dengan bersandar pada poin ini dapat diambil kesimpulan bahwa pernyataan kata ganti orang ketiga laki-laki, sama sekali tidak ada kaitannya dengan sifat kelaki-lakian.

Pada kenyataannya, dapat dikatakan bahwa al-Qur’an tidak didominasi oleh pandangan patriarkial yang berkembang pada budaya zamannya, melainkan sebuah tipologi bahasa yang mengkondisikan pembicaranya supaya memperhatikan dan mematuhi hal tersebut. Karena itu, al-Qur’an,  dengan alasan diturunkan dan diwahyukan dalam bahasa Arab, bertutur kata dengan wacana ini dan menggunakan pronomina-pronomina dan redaksi maskulin (mudzakkar) yang selaras dan sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Arab. 

Dengan kata lain, dari satu sisi, dalam bahasa Arab, nomina-nomina (asmâ) dan verba-verba (af’âl) (selain verba kata ganti orang pertama tunggal [mutakkalim wahdah] dan kata ganti orang pertama jamak [mutakallim ma’a al-ghair]) memiliki dua jenis: laki-laki atau maskulin (mudzakkar) dan perempuan atau feminin (muannats). Maskulin dan feminin ini terbagi lagi menjadi hakiki dan majâzi (figuratif). Seluruh entitas yang memiliki alat kelamin pria dan wanita adalah maskulin dan feminin hakiki (mudzakkar dan muannats hakiki). Selainnya adalah figuratif (majâzi).

Maskulin hakiki seperti “rajul” (pria) dan “jamal” (unta jantan). Feminin hakiki seperti “imraat” (wanita) dan “naqah” (unta betina). Maskulin figuratif (mudzakkar majazi) seperti “qalâm” (pena) dan “jidâr” (dinding). Feminin figuratif (muannats majazi) seperti “dâr” (rumah) dan “ghurfah” (kamar). Penggunaan muannats majazi dalam hal-hal seperti nama-nama kota, anggota badan yang berpasangan memiliki kaidah dan dalam hal-hal lainnya tidak mengikut kaidah tertentu (qiyâsi) dan bersifat simâiSimâi artinya bahwa yang menjadi kriteria adalah semata-mata mendengar orang-orang yang berbahasa Arab dan harus diperhatikan orang-orang Arab menggunakannya dalam bidang apa. Apabila hal tersebut bukan termasuk muannats hakiki dan muannats majâzidan juga bukan mudzakkar hakiki maka tentulah ia merupakan mudzakkar majâziSharf Sâdeh, hal. 28 dan 145.

Dari sisi lain, karena Allah Swt tidak melahirkan juga tidak dilahirkan. Demikian juga tiada yang menyerupainya [Lam yalid wa lam yulad (Qs. Al-Ikhlas [114]:3). Laisa kamitsli syai (Qs. Al-Syura [42]:11) ] dan juga bukan termasuk hal-hal yang terkait dengan penggunaanqiyâsi (mengikuti kaidah tertentu) dan simai muannats majâzi. Karena itu, berdasarkan kaidah bahasa Arab yang harus digunakan untuk Zat Allah Swt adalah kata ganti-kata ganti, nama-nama dan sifat-sifat dalam bentuk mudzakkar majâzi (maskulin figuratif).

Poin ini juga harus mendapat perhatian bahwa tanda-tanda literal muannats dan mudzakkar tidak mengandung nilai tertentu dan tidak menunjukkan tanda dan dalil atas kemuliaan dan kedudukan seseorang. Karena itu, apabila tanda-tanda literal mudzakkar, menunjukkan kemuliaan dan kedudukan tertentu seseorang, dan memiliki nilai  tertentu, maka untuk selain manusia dan sebagian makhluk rendah seperti setan dan iblis... tidak boleh menggunakan kata kerja-kata kerja atau nomina-nomina atau pronomina-pronomina dan seterusnya yang memuat tanda-tanda literalmudzakkar.

Demikian juga, apabila tanda-tanda literal muannats merupakan dalil dan tanda kekurangan dan minus nilai maka entitas-entitas yang sarat nilai seperti matahari (syams), bumi (ardh), kaum pria (al-Rijal), air (ma’) dan sebagainya dan sebaik-baik perbuatan dan kedudukan seperti sembahyang (shalat), zakat, surga (jannat) tidak akan dinyatakan dalam bentuk literal muannats.

{quran al-shia}

www.mutiaramataairmuslimah1.blogspot.com

Senin, 26 November 2012

Software Tashrif Bahasa Arab, Quthrub




Ini adalah sebuah aplikasi yang akan memudahkan kita dalam mempelajari tata bahasa Arab khususnya ilmu sharaf dan tashrif. Sharaf (صرْف) secara bahasa berarti penukaran, pengembalian dan pemindahan, dan makna ilmu sharaf yaitu ilmu yang mempelajari ilmu bahasa dari segi perubahan Sighat atau bentuk kata. Pada pokoknya ada tiga macam sighat dalam bahasa Arab yaitu; Fi’il (فعل) atau Kata Kerja, Isim (اسْم) atau Kata Benda, dan Harf (حرْف) atau Kata Tugas.

Dari Fi’il ada empat macam sighat yaitu:
1.            Fi’il Madhi, yaitu kata kerja lampau
2.            Fi’il Mudhari’, yaitu kata kerja sedang atau akan datang
3.            Fi’il Amr, yaitu kata kerja perintah
4.            Fi’il Nahi, yaitu kata kerja larangan

Dari Isim ada sepuluh sighat yaitu:
1.            Sighat Masdhar, yaitu bentuk kata dasar
2.            Mashdar Mim, yaitu mashdar yang mendapat tambahan mim
3.            Isim Fa’il, yaitu kata benda yang menunjukkan pengertian pelaku
4.            Shifat Mutasyabihah biismil Fa’il, yaitu kata sifat yang disamakan dengan isim fa’il
5.            Sighat Mubalaghah, yaitu bentuk penyangatan
6.            Isim Tafdhil, yaitu kata benda yang mengandung pengertian lebih
7.            Isim Maf’ul, yaitu kata benda yang menunjukkan pengertian penderita
8.            Isim Makan, yaitu kata benda yangmenunjukkan pengertian tempat
9.            Isim Zaman, yaitu kata benda yang menunjukkan pengertian waktu
10.          Isim Alat, yaitu kata benda yang menunjukkan pengertian alat

Sedangkan Huruf tidak mempunyai pembagian, huruf adalah kata yang menunjukkan pada makna yang lain seperti 
في ( di, di dalam) dan قد (sungguh).

Quthrub adalah software yang dibuat untuk memudahkan orang yang ingin belajar tata bahasa Arab terutama kaidah shorof dan tashrif atau perubahan bentuk dan lafazh suatu kata (Fi'il dan Isim).


Cara menggunakan Quthrub:
·                     Tulislah kata dalam bahasa Arab dengan harakat dan tasydid yang sempurna di kotak  kosong, contohnya tulis kata صدق.
·                     Pilihlah bentuk tashrif yang anda inginkan apakah semua bentuk waktu (kullu azminah) yang meliputi fi’il madhi, mudhari’, amr, mabni majhul atau mudhari’ yang mansubat (yaitu fi’il muhdari yang berharakat fathah karena didahului adawatun nasb seperti huruf An, Lan, Izan dan Kay) atau majzum (yaitu fi’il muhdari yang berharakat sukun karena didahului adawatul jazmi seprti lam dam laa an-nahiyah)  .
·                     Pilih bentuk fi’il yang anda inginkan apakah lazim (tidak membutuhkan maf’ulbih) atau muta’adi (membutuhkan maf’ulbih)
·                     Klik tombol Conjugate.

Kelebihan dari Quthrub ini adalah bisa di import ke bentuk html, cukup dengan mengklik icon tashdir di sebelah kanan atas, lalu save dan file akan disimpan dalam bentuk html, selain itu juga bisa dicetak, yang memudahkan bagi guru atau ustadz ketika mengajarkan ilmu shorof. Semoga aplikasi Quthrub ini berguna bagi kita semua untuk memahami bahasa Arab. Amiin ya rabbal ‘alamin.

DOWNLOAD DI SINI: http://sourceforge.net/projects/qutrub/ 



www.belajarbahasaarab.blogspot.com

Sabtu, 24 November 2012

Jadwal Kuliah KIBAR



Jadwal kuliah KIBAR adalah fleksibel, sesuai dengan pilihan peserta. Ada kelas pagi, sore dan malam. Dalam sepekan masuk 2 kali yang harinya sesuai dengan pilihan peserta. Peserta juga diperbolehkan ganti kelas jika ternyata jadwal yang sudah dipilih berbenturan dengan acara peseta tersebut. Lama pendidikan KIBAR adalah 30 kali pertemuan, kurang lebih 3 bulan.

Jumat, 23 November 2012

Arabic Meeting (Halaqah 'Arabiyyah)



Bahasa Arab sangat mementingkan penggunaan lisan dalam berbahasa. Adalah sulit dan memiliki banyak kekurangan, bila orang berusaha mempelajari suatu bahasa, apalagi bahasa Arab, tanpa menggunakan lisannya untuk berucap dan bercakap-cakap menggunakan bahasa tersebut. Untuk itulah dibutuhkan suatu suasana dan pengkondisian agar orang-orang yang belajar bahasa Arab mempunyai kesempatan untuk berlatih berbicara bahasa Arab dalam bentuk percakapan. Dari sinilah digagas pembentukan Arabic Meeting, seperti halnya English Meeting yang sudah banyak ditemukan di kota-kota seluruh Indonesia.

Yang kami maksud dengan "arabic meeting" (halaqah arabiyyah) di sini ialah pertemuan sekelompok orang pada waktu dan tempat yang telah disepakati bersama, untuk saling bercakap-cakap menggunakan bahasa Arab dengan tujuan melatih kecakapan berbahasa Arab secara lisan.

PERSIAPAN

A. MENCARI CALON PESERTA ARABIC MEETING

Mulailah dengan mencari satu atau beberapa orang teman yang punya minat dan keinginan yang serupa yakni melatih kecakapan berbahasa Arab secara lisan. Setelah komitmen menjadi kuat untuk mengadakan Arabic Meeting, lakukanlah langkah-langkah berikut.
Mencari teman-teman yang sama-sama sedang belajar berbahasa Arab atau punya kemampuan bahasa Arab untuk membentuk kelompok Arabic Meeting. Untuk menemukan peserta tersebut bisa dengan jalan menghubungi madrasah-madrasah (sekolah-sekolah yang mengajarkan bahasa Arab), kelompok-kelompok pengajian, remaja-remaja masjid, dan sebagainya. Cari informasi sebanyak-banyaknya. Karena kita belajar bahasa Arab dalam rangka syiar Islam, maka kelompok Arabic Meeting harus memisahkan waktu dan tempat kegiatan laki-laki dan perempuan. Kecuali untuk anak-anak kecil semisal TK/TP Al-Quran yang ada di masjid-masjid.
Membuat semacam daftar sementara calon peserta Arabic Meeting dengan mendata nama, alamat lengkap dan nomor teleponnya.
Menghubungi satu-persatu calon peserta untuk mengadakan pertemuan persiapan pembentukan kelompok Arabic Meeting.

B. PERTEMUAN PERSIAPAN PEMBENTUKAN KELOMPOK ARABIC MEETING

Menyiapkan Daftar Hadir
Menyiapkan makanan ringan dan air minum alakadarnya.
Menyiapkan draft agenda pertemuan.
Pemilihan Ketua dan Sekretaris Arabic Meeting
Penetapan nama-nama peserta Arabic Meeting dan pembagian kelompoknya. Idealnya satu kelompok berjumlah 5 (lima) orang. Maka bila jumlah peserta Arabic Meeting mencapai 10 (sepuluh) orang, perlu dibagi dalam beberapa kelompok dimana setiap kelompok mempunyai ketua kelompok. Bila jumlah peserta 10 - 14 orang: dibagi 2 kelompok. Bila jumlah peserta 15 - 19 orang: dibagi 3 kelompok.Bila jumlah peserta 20 - 24 orang: dibagi 4 kelompok.Dan seterusnya
Penentuan waktu dan tempat Arabic Meeting. Idealnya, Arabic Meeting dilaksanakan minimal sekali sepekan. Bila beberapa kelompok mengadakan Arabic Meeting pada waktu dan tempat yang sama, tetap membuat halaqah per kelompok masing-masing terlebih dahulu sebelum bergabung membentuk halaqah besar.
Membicarakan masalah-masalah lainnya yang dianggap perlu dibicarakan untuk kelancaran kegiatan-kegiatan seterusnya.
Membagi-bagikan modul Arabic Meeting kepada setiap peserta. Modul ini bisa dibuat dan diambil dari buku-buku pelajaran Bahasa Arab dan contoh-contoh percakapan yang ada di dalamnya. Termasuk dari ebook Arabindo yang bisa didownload di sini. Setiap satu pertemuan Arabic Meeting sebaiknya mempunyai satu modul dalam bentuk lembaran kertas yang dibagi kepada setiap peserta.

C. KEGIATAN ARABIC MEETING

Setiap peserta mempersiapkan diri setiap kali akan menghadiri kegiatan Arabic Meeting dengan membaca baik-baik modul yang diberikan dan mempersiapkan kosa kata yang perlu dihafalkan yang disesuaikan pula dengan keadaan masing-masing.
Ketika menghadiri kegiatan Arabic Meeting, setiap peserta supaya membawa alat tulis dan buku catatan kecil untuk mencatat kosa kata yang baru diketahui atau hal-hal lain yang dianggap perlu untuk dicatat. Demikian pula dianjurkan membawa kamus Bahasa Arab dan buku pelajaran Bahasa Arab yang dimiliki.
Setiap peserta diberi kesempatan berbicara dengan menggunakan Bahasa Arab secara bergantian menurut modul yang disusun untuk hari itu. Bila ada pembicara yang belum mengetahui atau lupa dengan suatu kosa kata Bahasa Arab yang ingin dia gunakan, ia boleh menggunakan Bahasa Indonesia. Pendengar yang lain boleh mengingatkan atau memberitahukan kosa kata yang dimaksud bila dianggap perlu.
Setelah seorang peserta selesai berbicara, para peserta yang lain boleh menanggapi atau mengajukan pertanyaan kepada peserta yang tadi berbicara. Tentunya semuanya dengan menggunakan Bahasa Arab atau dicampur dengan Bahasa Indonesia bila terpaksa. Peserta yang ditanya dipersilakan menjawab seperlunya.
Bila seluruh peserta telah selesai menggunakan gilirannya berbicara, dibuka babak selanjutnya yakni semacam "time out" (waktu jeda) untuk mendiskusikan kegiatan yang tadi dilakukan. Diskusi kali ini boleh menggunakan Bahasa Indonesia. Adapun hal-hal yang didiskusikan dalam babak ini adalah: saling tukar menukar ilmu dan informasi serta saling koreksi tentang kosa kata, susunan kalimat atau tata bahasa yang tadi digunakan.
Selesai "time out", kembali mengulangi kegiatan sebelumnya dengan maksud untuk memperbaiki, memperlancar dan mempermantap penguasaan kosa kata, penyusunan kalimat dan keterampilan berbicara dengan menggunakan Bahasa Arab bagi setiap peserta. Demikian seterusnya hingga dianggap cukup.
Susunan kegiatan Arabic Meeting ini bisa dimodifikasi, ditambah (atau dikurangi) dengan kegiatan-kegiatan lain, tentunya sepanjang tetap pada konteks dan tujuan Arabic Meeting yang sesungguhnya, yakni melatih keterampilan berbahasa Arab setiap peserta.

Selamat membentuk dan melaksanakan Arabic Meeting.
Kami tunggu komentar, saran dan bagi pengalamannya!
www.belajarbahasaarab.blogspot.com
Panduan ini bisa didownload dalam format file PDF yang mudah dicetak (print-out).
DOWNLOAD DI SINI:
http://www.ziddu.com/download/19192418/PanduanArabicMeeting.pdf.html

Kamis, 22 November 2012

Kesalahan Dalam Memanjangkan Dan Memendekkan Kata




Bahasa arab adalah bahasa yang luar biasa, bahasa yang memiliki kosakata yang sangat banyak, satu huruf dalam satu kalimat saja, apabila dihilangkan atau di tambahkan akan menimbulkan perubahan arti yang sangat jauh berbeda, cara pembacaan harakat yang salah maka akan menimbulkan makna yang jauh berbeda.
Di antara kesalahan yang terjadi pada sebagian kaum muslimin adalah ketika membaca salah satu surat dalam al-Qur’an yaitu surat al-kafirun, di antara ayatnya adalah:لاَ أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ


“Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.” (QS. Al-Kafirun: 2)Ayat ini menunjukkan pengikraran kita sebagai seorang muslim, bahwa kita tidak akan menyembah apa yang di sembah oleh orang-orang kafir.Sebagian kaum muslimin membaca ayat ini dengan memendekkan kata لاَ menjadi لَ . Mereka tidak tahu akibat yang di timbulkan karena perubahan ini sangat besar!!Kata laa dengan memanjangkannya bermakna tidak (inilah yang benar) sedangkan kata la dengan memendekkannya bermakna sungguh-sungguh. (silakan lihat pembahasa pada macam-macam laa dan Macam-macam lam)Kalau la dipendekkan, maka artinya berubah menjadi, “Aku benar-benar akan menyembah apa yang kamu sembah.” !?…. betapa berubahnya makna kalimat yang mulia ini ! bukankah dengan mengucapkannya malah ia terjatuh dalam ucapan kesyirikan?! 
Contoh kalimat dalam al-Qur’an yang menggunakan la (dengan memendekkannya) adalah firman Allah dalam Surat az-Zumar,وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ“Dan Sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. ‘Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu Termasuk orang-orang yang merugi.’” (QS. Az-Zumar: 65)Kata la (dibaca pendek) pada kalimat “La in”, pada kalimat “La yahbathonna” dan “La takunanna” merupakan la yang bermakna taukid (penguatan), sehingga kalau diartikan secara bahasa kira-kira adalah, “Sungguh jika kamu mempersekutukanku (Allah), sungguh niscaya akan hapuslah amalanmu dan sungguh kamu akan termasuk orang-orang yang merugi.”Pembaca sekalian yang di muliakan oleh Allah, coba perhatikan, berapa La penegas dalam kalimat di atas??. Tiga buah kata penegas!!.  Belum lagi kalau nun taukid (yang juga merupakan huruf penegas) kita masukkan…Faedah yang bisa kita ambil diantaranya adalah, betapa pentingnya mengenal kesyirikan dan perinciannya, dalam ayat ini Allah memperingatkan bahaya kesyirikan dengan sangat keras. 
Faedah lainnya adalah betapa bahasa arab tidak bisa diungkapkan secara sempurna oleh bahasa lainnya. Seperti firman Allah di atas, kalau kita artikan dalam bahasa indonesia saja maka artinya seperti pada terjemahan pertama, padahal kalau ingin di ungkapkan secara lebih rinci maka artinya seperti pada terjemah yang kedua, dan arti kedua pun sesungguhnya belum mencerminkan pemahaman sempurna dari Firman Allah di atas. 
Pemahaman bahasa seperti ini tidak akan bisa dirasakan kecuali jika menguasai bahasa arab, sepintar apapun penerjemah, dia akan kesulitan, bahkan tidak bisa untuk menerjemahkan bahasa arab ke bahasa lainnya dengan sempurna, karena sulitnya mencari kosakata yang sesuai, sulitnya mengungkapkan gaya bahasa arab dengan bahasa lainnya…Karena itu pulalah mengapa sebagian para ulama mengatakan kalau mempelajari bahasa arab hukumnya adalah wajib, mereka mengambil  kesimpulan ini dari kaidah,مَا لاَ يَتِمٌّ الْوَاجِبُ إِلاَّ بِهِ فَهُوَ وَاجِبٌ“Apa yang tidak sempurna suatu kewajiban kecuali dengannya maka ia juga hukumnya wajib.”Kalau kita tidak mungkin memahami al-Qur’an dan as-Sunnah secara sempurna kecuali dengan mempelajari bahasa arab, maka mempelajari bahasa arab hukumnya menjadi wajib, wallahu a’lam